Gedangan, EM Pers- Pondok Pesantren Edi Mancoro kedatangan tamu dari mahasiswa UIN Walisongo dalam rangka Kuliah Kerja Lapangan (KKL), Jum’at, (13/9/2019).
Dalam kunjungannya kali ini, para mahasiswa berdiskusi bersama K.H Muhamad Hanif selaku pengasuh Ponpes Edi Mancoro dengan tema Etika Dialog antar Agama. Diikuti oleh 8 dosen dan 92 mahasiswa dari prodi Aqidah Filsafat (AFI) Islam dan Studi Agama – Agama (SAA) Fakultas Ushuluddin dan Humaniora.
Ponpes Edi Mancoro dipilih menjadi salah satu destinasi KKL mahasiswa UIN Walisongo, dikarenakan, ponpes Edi Mancoro mashur dengan pluralisme-nya.
Dosen UIN Walisongo, Zainul Atfal, mengatakan, ponpes Edi Mancoro menjadi stage holder perdamaian di Salatiga bahkan Jawa Tengah, terbukti dengan konsistennya pesantren dalam mengawal resolusi konflik dan deradikalisasi serta konsisten dalam menjaga kedamaian antar umat beragama.
Dosen bersama mahasiswa UIN Walisongo merasa bahagia dapat melaksanakan diskusi. Karena background mereka dengan pesntren hampir sama yakni menjunjung tinggi toleransi beragama.
“Pesantren menjadi refleksi yang humans dan toleran dalam menjaga perdamaian umat beragama. Hal tersebut, tak hanya dilaksanakan secara teoritis saja, toleransi beragama yang ada di pesantren ini juga dilaksanakan secara praktik,” imbuh beliau.
Diskusi dalam kunjungan KKL UIN Walisongo dipimpin langsung oleh K.H Muhamad Hanif, beliau mengawali diskusi dengan berkisah tentang sejarah pesantren dan lembaga kemasyarakatan yang bergerak dibidang toleransi beragama yang lahir di ponpes Edi Mancoro.
“Pesantren ini termasuk menjadi pelopor perdamaian antar umat beragama di Salatiga dan sekitarnya, ada beberapa lembaga sosial kemasyarakatan yang bergerak dibidang kedamaian umat antar agama diantaranya LSM Desaku Maju, Forum Gedangan dan Sobat,” ungkap K.H Muhamad Hanif selaku narasumber dalam diskusi.
Beliau juga berpesan kepada mahasiswa UIN Walisongo, agar selalu menjaga perdamaian dan kerukunan antar umat beragama kapanpun dan dimanapun. (TBF)